Model Belajar Mengajar Kreatif

A. Latar Belakang
Kurikulum 2004 berbasis kompetensi (KBK), yang diperbaharui dengan Kurikulum 2006 (KTSP), telah berlaku selama 4 tahun dan semestinya dilaksanakan secara utuh pada setiap sekolah. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di sekolah, masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini tampak pada RPP yang dibuat oleh guru dan dari cara guru mengajar di kelas masih tetap menggunakan cara lama, yaitu dominan menggunakan metode ceramah-ekspositori. Guru masih dominan dan siswa resisten, guru masih menjadi pemain dan siswa penonton, guru aktif dan siswa pasif. Paradigma lama masih melekat karena kebiasaan yang susah diubah, paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum berubah menjadi paradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KBK, pada penyusunan RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas, ini berarti bahwa guru sebagai sutradara dan siswa menjadi pemain, jadi guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan hidup (life skill) untuk bekal hidup dan penghidupannya sebagai insan mandiri.
Demikian pula, pada pihak siswa, karena kebiasaan menjadi penonton dalam kelas, mereka sudah merasa enjoy dengan kondisi menerima dan tidak biasa memberi. Selain dari karena kebiasaan yang sudah melekat mendarah daging dan sukar diubah, kondisi ini kemungkinan disebabkan karena pengetahuan guru yang masih terbatas tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana cara membelajarkan siswa. Karena penghargaan terhadap profesi guru sangat minim, boro-boro sempat waktu untuk membaca buku yang aktual, mereka sangat sibuk untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan memang itu kewajiban utama, apalagi untuk membeli buku pembelajaran yang inovatif. Mereka bukan tidak mau meningkatkan kualitas pemebelajaran, tetapi situasi dan kondisi kurang memungkinkan. Permasalahannya adalah bagaimana mengubah kebiasaan prilaku guru dalam kelas, mengubah paradigma mengajar menjadi membelajarkan, sehingga misi KBK dapat terwujud. Dengan paradigma yang berubah, mudah-mudahan kebiasaan murid yang bersifat pasif sedikit demi sedikit akan berubah pula menjadi aktif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud belajar mengajar kreatif ?
2. Apa saja model belajar mengajar kreatif ?

C. Tujuan
1. Untuk yang dimaksud belajar mengajar kreatif.
2. Untuk mengetahui macam-macam model belajar mengajar kreatif.



















PEMBAHASAN
A. BELAJAR MENGAJAR KREATIF
Belajar merupakan suatu bagian dari sisi kehidupan manusia. Proses belajar melibatkan siapa yang diajar dan siapa pengajarnya, sedangkan apa yang kita harapkan dari belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru dan menarik. Sesuatu yang baru, orisinil dan unik dapat merupakan hasil kreatifitas. Oleh karena itu dibutuhkan proses pembelajaran yang kreatif.
Dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan strategi pembelajaran yang sangat baik dan cocok untuk situasi dan kondisi siswa. Strategi yang sangat cocok dan menarik peserta didik dalam pembelajaran sekarang ini dikenal dengan nama PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan).
Dalam pembelajaran Model PAKEM, seorang guru mau tidak mau harus berperan aktif, proaktif dan kreatif untuk mencari dan merancang media/bahan ajar alternatif yang mudah, murah dan sederhana. Tetapi tetap memiliki relevansi dengan tema mata pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Para guru dapat memilih dan merancang media pembelajaran alternatif dengan menggunakan berbagai sumber lainnya, seperti bahan baku yang murah dan mudah di dapat, seperti bahan baku kertas/plastik, tumbuh-tumbuhan, kayu dan sebagainya, guna memotivasi dan merangsang proses pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
PAKEM adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengejakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.


Proses pembelajaran yang kreatif perlu didukung oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Ruang untuk meciptakan suatu kreativitas.
b. Pengajaran yang kreatif.

B. MODEL BELAJAR MENGAJAR KREATIF
a. Model stuktur intelektual dari Guildford.
Guildford (1981, dikutib Rimm, 1985) menciptaan suatu intelegensi yang dimaksud untuk menampilkan semua kemampuan intelek manusia. Stuktur intelektual meliputi dimensi isi, produk dan operasi. Yang lebih menjadi perhatian di sini adalah operasi, karena berkaitan dengan proses belajar-mengajar.
Operasi intelektual menunjukkan macam proses pemikiran yang berlangsung. Ada lima kategori operasi yang dapat dirumuskan, diantaranya:
 Kognisi ialah penerimaan dan pengenalan kembali informasi, proses terbuntuknya pengertian.
 Ingtan ialah pemantapan informasi yang baru diperoleh.
 Berfikir konvergen ialah pemberi jawaban yang logis.
 Berfikir divergen ialah meberi macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian.
 Evaluasi.

Manfaat penggunaan model struktur intelektual
Model struktur intelektual dari Guildford mempunyai banyak kegunaan untuk pendidikan anak berbakat. Disamping meluaskan dan mendalami sasaran belajar berdasarkan gabungan dari dimensi isi, produk dan proses, guru kelas dapat memberi pelajaran dengan melatih proses pemikiran yang beragam.
b. Model Multiple Talent Taylor.
Taylor membedakan enam talenta yang dapat dikembangkan di sekolah yaitu konten akedemik, kreatifitas, keterampilan merencanakan, komunikasi, prediksi dan pengambilan keputusan. Kreatifitas merupakan kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa. Memadukan informasi yang tampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru yang menunjukkan kelancaran, kelenturan dan orisinaliatas dalam berpikir.
Bidang kreatifitas mencakup unsur-unsur menemukan, menggabungkan, membangun, mengarang dan mendesain, merancang, merubah dan menambah (Munandar, 1999). Inti dari model ini adalah merubah pandangan guru tentang siswa bahwa siswa tidak dipandang lagi sebagai penerima informasi melainkan sebagi pemikir, pencipta, komunikator, inovator, organisator dan pengambil keputusan.

c. Model Treffinger untuk mendorong belajar kreatif.
Kreatifitas merupakan salah satu kemampuan yang ditingkatkan terutama pada program anak berbakat. Dalam model ini diperlukan pendekatan kompherensif untuk menbantu siswa menggali kemampuannya. Model treffnger terdiri dari langkah-langkah berikut:
i. Basic tool atau teknik kreatifitas I meliputi keterampilan berpikir divergen (Guildford, 1967, dikutip Parke, 1989) dan teknik-teknik kreatif.
ii. Tingkat II atau Practice with process yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan apa yang telah dipelajari pada tingkat I dalam situasi praktis.
iii. Tingkat III atau working with real problem, yaitu menerapkan keterampilan yang dipelajari pada tingkat I terhadap tantangan pada dunia nyata.

Manfaat model treffinger
Model ini mendorong belajar kreatif terhadap pengembangan kurikulum siswa berbakat yang menunjukkan peningkatan dari keterampilan tidak terbatas pada keterampilan dasar.
d. Model Enrichment Triad dari Renzulli
Model ini dapat digunakan untuk program pengayaan anak berbakat mencangkup banyak kesempatan untuk mengembangkan keterampilan, meberikan guru suatu cara untuk menangani kecepatan dan kedalaman belajar serta minat yang beragam dari anak berbakat. Model ini menggunakan tiga jenis pengayaan untuk memberi program yang sesuai bagi anak berbakat: general exploratory activities, group training activity, dan small group investigation of real-world problem.

e. Model Williams pada perilaku Kognitif dan Afektif didalam Kelas
Model Williams menampilkan secara tiga dimensional bagaimana kurikulum, strategi mengajar, dan perilaku siswa berinteraksi dalam meningkatkan pemikiran. Kreatifitas perlu diterapkan secara menyeluruh dalam kurikulum dan bahwa siswa harus mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam semua bidang kegiatan mereka.
Model ini dapat digunakan juga untuk pengembangan program perorangan dalam kemampuan berfikir kreatif, serta dapat menjadi patokan seorang guru yang menginginkan pendekatan yang seimbang dalam peningkatan berfikir dan bersikap kreatif.

f. Taksonomi Bloom untuk sasaran ranah kognitif
Dalam taksonomi bloom terdiri dari enam tingkat perilaku kognitif, yaitu pengeahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Model ini digunakan sebagai cara untuk mengembangkan dan mengevaluasi pertanyaan yang diajukan guru pada siswa. Biasanya kebanyakan pertanyaan ada pada tingkat pengetahuan dan pemahaman, sehingga kurang memberikan tantangan pada siswa yang berbakat.

g. Taksonomi sasaran belajar efektif dari krathwohl
Taksonomi ranah efektif dari Krathwohl terdiri dari lima tingkat: menerina (receiving), kesediaan untuk berespons (willngness to respons), menghargai (valuing), menyusun sistem nilai (organizing a value system), perwatakan (characterization) oleh komplek nilai.Taksonomi digunakan sebagai cara untuk mengembangkan kegiatan yang seimbang sedemikian sehinga siswa dapat mengembangkan keterampilan pada semua tingkat. Atau bisa juga digunakan untuk menantang siswa mengembangkan sistem nilai mereka dam mengevaluasinya saat mereka maju.

h. Model Pendidikan Integratif (Clark)
Model integrative Education dari Clark (1986) didasarkan atas riset tentang otak/pikiran dari dasawarsa terakhir. Kekuatan dari model ini ialah pendekatannya yang terpadu dalam belajar, melihat siswa sebagai individu yang berfungsi sepenuhnya dan mempunyai sistem interasi yang mempengaruhi kerja. Cara seorang siswa mereka akan mempengaruhi cara berfikirnya, begitu pula sebaliknya.
Model ini mempunyai tujuh komponen inti, diantaranya:
 Lingungan belajar yang responsif
 Relaksasi dan mengurangi ketegengan
 Gerakan dan physical endcoding
 Menguasai bahasa dan perilaku
 Pilihan dan pengendalian yang diamati
 Aktivitas kognitif yang majemuk dan menantang
 Firasat dan integrasi




PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak model belajar mengajar yang dapat digunakan dan bermanfaat bagi siswa. Dalam setiap model memiliki kelebihan dan keunia tersendiri, diantaranya:
 Model stuktur intelektual dari Guildford, melalui kategori berfikir divergen, aspek-aspek seperti kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi dalam berfikir dapat latih.
 Model Multiple Talent Taylor, terutama dapat digunakan dalam bidang kreatif-produktif agar dapat mengembangkan keterampilan berfikir kreatif.
 Model Treffinger untuk mendorong belajar kreatif, mengajukan tiga tingkat mulai yang relatif sederhana sampai dengan yang majemuk untuk belajar kreatif.
 Model Enrichment Triad dari Renzulli, memberi kesempatan pengalaman dan khususnya tiga tingkat (menyelidiki masalah nyata) merupakan tantangan bagi siswa berbakat.
 Model Williams pada perilaku Kognitif dan Afektif didalam Kelas mengingatkan kita bahwa perilau kreatif tidak hanya menuntut kemampuan berfikir kreatif tapi juga ciri-ciri afektif dari kreatifitas. Kedudukannya perlu ditumbuhkan didalam kelas.
 Taksonomi Bloom untuk sasaran ranah kognitif, memungkinan peningkatan berfikir kraetif melalui proses sistesis.
 Taksonomi sasaran belajar efektif dari krathwohl, memiliki lima tingkat: menerina, kesediaan untuk berespons, menghargai, menyusun sistem nilai, perwatakan oleh komplek nilai. Model ini menekankan pentingnya mengembangkan sistem nilai pada semua siswa dan khususnya siswa berbakatyang mendasari perilaku mereka secara konsisten.
 Model Pendidikan Integratif (Clark) yang memerlukan perpaduan antara fungsi berfikir perasaan, pengindraan, dan firasat (intuisi).

B. Saran
Dalam menyusun makalah ini, kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan yang terbaik, namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan.


















DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1983. Kurikulum Pendidikan Dasar, Landasan Program, dan Pengembangan. Jakarta: Depdikbud.
Semiawan, C. Munandar, A.S & Munandar, S. C.U. 1987. Memupuk Bakat dan Kreatifitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia.
Munandar, Utami. 1992. Pengembangan Bakat dan Kreatifitas Siswa Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia.
Munandar, Utami. 1999. Pengembangan Bakat dan Kreatifita Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.
DePorter, Bobbi & Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit KAIFA.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa Indonesia.com
Category: 2 komentar